Hari itu,aku kira aku adalah orang yang paling bahagia
seumur hidupku,tapi perkiraanku itu salah.Perkenalkan,namaku Tirta Wijaya,aku
seorang pelajar SMA kelas 11,usiaku 16 tahun dan aku tinggal di Jakarta bersama
paman dan bibiku.Aku tidak pernah tahu kapan aku lahir,dimana aku lahir,dan
siapa orangtuaku,yang aku tahu,paman dan bibiku lah yang merawatku sampai detik
ini,merekalah yang menentukan tanggal lahirku,merekalah yang memberiku makan
yang cukup,dan mereka jugalah yang telah memberi tempat tinggal untukku walau
mereka merupakan keluarga kurang mampu,bahkan untuk makan pun sulit.Suatu
hari,aku yang baru tiba disekolah,tiba-tiba saja ada panggilan untukku agar aku
segera menuju ruang kepala sekolah,dan ternyata,tagihan untuk uang sekolahku,untunglah
aku masih diberi kesempatan untuk menunggak pembayaran hingga 1 bulan
kedepan.Saat itu aku mulai bingung,kemana aku harus mendapatkan uang itu,apa
aku harus meminta pada paman dan bibiku yang untuk makan pun tidak tentu,apakah
aku harus mengemis,ataukah harus menjadi pemulung ?Setidaknya,menjadi
pemulunglah yang hanya bisa aku lakukan,paling tidak 3000 rupiah sehari mungkin
cukup untuk ku tabung di kaleng bekas makanan yang aku dapatkan.Tidak sampai
disitu,aku juga rela menjadi tukang kebun disebuah rumah mewah di dekat
rumahku.Walau pendapatan kurang dari 100rb,tapi itu cukup untuk bulan yang
menunggak sebelumnya.Setiap hari aku pulang larut malam,bibiku mulai khawatir
akan keadaanku yang pulang larut malam,dan terkadang aku tidak pulang karena
terlalu lelah dan terpaksa tidur di poskamling.Pada malam itu,aku terjaga,aku benar-benar tidak
bisa tidur karena memikirkan apa yang bisa aku lakukan lagi untuk menambah
kekurangan uangku dan membantu paman dan bibiku.Bibiku pun menghampiriku dan bertanya
”Tirta,kenapa belum tidur ?besok kan kamu sekolah,nak ?”,aku hanya bisa
diam,bibiku pun mulai menanyakan apa yang sedang aku pikirkan,entah kenapa hari
itu aku benar-benar bodoh mengatakan soal uang SPPtu ke bibiku,bibiku akhirnya
terdiam juga,ia pun hanya mengatakan akan membayarnya segera.Tapi sungguh,aku
tidak berharap untuk itu,
Keesokan harinya setelah pulang sekolah,aku langsung menuju
ke TPA untuk mengambil plastik dan sebagainya yang bisa di kilokan,dan selesai
memulung aku langsung menuju ke rumah mewah tempat aku bekerja,lelah
rasanya,hampir saja hari itu aku menyerah..tapi Allah SWT lah yang menguatkanku
untuk tetap menjalani ini semua,menjelang adzan maghrib aku segera menuju ke
masjid untuk menjalankan ibadah sholat maghrib,betapa segar air wudlu yang menyerap dikulitku,,Tiba-tiba
seorang gadis berjilbab putih hampir menabrakku,”ups,hampir saja maafkan aku ya
?!”terdengar manis ditelingaku,aku hanya mengangguk tanda aku mengiyakan
kata-katanya.Ingin kurasa mengenal gadis itu lebih dekat,ia begitu cantik dan
sopan,matanya yang kebiruan membuatku berpikir bahwa dia bukan warga Negara
Indonesia asli.Usai sholat maghrib,aku pun pulang,tiba-tiba gadis itu berlari
menuju tempat ku berpijak.
”Hey,What’s your name ?”,aku
sedikit bingung kenapa bahasanya berubah.
”hallo,nama ?”,aku terkejut karena
dibawa melamun.
”Namaku Tirta” Jawabku
”Tirta ?wow it’s a good name.Let me
introduce myself,my name is Zahra,I come from Ontario”.Ontario pikirku,cukup
dekat tempat itu jika pergi dengan 2 3 kali naik pesawat.
“Oh..lalu,kamu tinggal dimana
?”Tanyaku
Tiba-tiba saja seseorang memanggil Zahra,dan ternyata itu adalah
sopir yang menjemputnya pulang.
“Sorry,aku..harus kembali kerumah
sekarang,jumpa besok”Katanya,,,besok ?apakah ia memberiku harapan untuk bertemu
dengannya lagi ?Tapi syukurlah,aku senang jika bisa bertemu lagi.
Keesokan harinya,aku pergi bekerja menjadi tukang kebun
dirumah besar itu lagi.Saat aku mulai masuk ke ruang penyimpanan mesin pemotong
rumput,aku tidak sengaja menabrak seorang gadis berambut panjang yang baru akan
keluar dari ruangan itu.
“Maaf,aku tidak sengaja”kata gadis
itu.Saat Ia memperlihatkan wajahnya,aku mulai tau kalau itu adalah Zahra dan
rumah besar itu adalah tempat tinggalnya.
“Tirta ?what are you doing here
?Didn’t you go to school now ?”Katanya.Sedikit paling tidak aku mengerti kalau
Zahra menanyakan sekolah.
“Sekolah ?aku…aku berfikir untuk
tidak sekolah ?”jawabku dengan raut wajah kecewa.
“what ?are you crazy ?School is very important,it isn’t ?kalau kau tidak
sekolah,kau akan bodoh,dan itu akan buruk”katanya berusaha untuk
memperingatkanku.
“lalu,bagaimana denganmu ?kenapa
kau tidak sekolah juga ?”
“aku sudah lulus SMA,dan sekarang
aku sedang menjalani kuliah”Jawabnya,yang benar saja,dia kan masih kecil,bahkan
hampir seusia denganku,
“kuliah ?berapa usia mu ?”
“16”jawabnya,aku terkejut,bagaimana
mungkin ia sudah kuliah ?
“kau terkejut karena aku sudah
kuliah ?aku juga heran,kelas 1,akulah yang termuda,usiaku 3 tahun”
Aku benar-benar takjub akan gadis ini,hampir setahun kami
berteman,rasanya aku tidak sabar ingin mengatakan yang aku rasakan
terhadapnya,dan aku sangat berharap hari itu adalah hari yang tepat,malam pun
tiba,aku bermaksud ingin pergi untuk menemuinya selesai ibadah di masjid,tetapi
ternyata dia tidak ke masjid hari itu,aku pun pergi kerumahnya,tapi sialnya
saat di perjalanan aku melihat segerombolan perampok berlari dari kejaran
massa,sialnya lagi segerombolan pencuri itu menarik tanganku hingga aku pun
ikut berlari tanpa arah,hingga akhirnya mereka melepaskan aku,aku pun dipukuli
oleh massa,sakit rasanya,sudah dikira perampok,masih saja dipukuli,hari itu aku
benar-benar kehabisan nafas,aku pingsan
sampai akupun terbangun lagi dan di sampingku sudah ada Zahra,senang rasanya
saat aku bangun orang yang aku sayangi datang menjenguk,
“Zahra,terimakasih sudah
menjengukku,ada sesuatu yang ingin aku katakan tetapi saat dijalan segerombolan
perampok menarik tanganku,dan orang-orang desa mengira aku adalah salah satu
dari mereka,huhh..tapi senang rasanya aku sudah terbebas dari massa”Kataku,
“itu menurutmu”katanya,aku melihat
tetesan air mata dipipinya,entah kenapa aku merasa bersalah melihat itu,
“Zahra,ada apa ?kenapa kau menangis
?apa yang salah ?atau aku salah bicara ?katakan”
“Tirta Wijaya,sidang akan dimulai
besok,kau kami tahan sampai besok,mengerti”kata seorang polisi padaku,
“ditahan ?apa salahku ?atau
jangan-jangan,,,”
Zahra pun pergi dari tempatku bangun dari
pingsan tadi.”Zahra !!Jangan pergi,tolong Zahra”teriakku memohon agar ia tidak
meninggalkanku,entah kenapa dadaku terasa sakit,sesak nafas kurasakan,dan saat
itu akupun mengalami batuk berdarah,bukannya ditolong,aku justru ditarik paksa
untuk masuk kedalam sel.Semalaman aku tidak tidur memikirkan apa yang
selanjutnya terjadi padaku,hidup atau mati,aku serahkan semuanya pada yang maha
kuasa,aku hanya bisa pasrah,biarpun tak ada orang yang percaya padaku,tapi aku
akan tetap percaya bahwa Allah SWT tidak tidur,ia terus melihat segala sesuatu
yang dilakukan hambanya.Keesokan hari,sidang dimulai,mau bagaimana lagi aku
akan tetap salah karena aku tidak punya pembela,apalah daya bila tangan tak
sampai,berharap ada yang menolong,aku justru segera dibawa kembali ke sel dan
akan dikurung selama bertahun lamanya,hari it aku dengar Zahra datang ke sidang,tetapi
entah kenapa ia tidak menemuiku,hari berikutnya,Zahra datang ke sel untuk
menemuiku,dan aku dengar berita bahwa paman dan bibiku sudah pergi karena
tempat tinggalnya di gusur,hatiku semakin hancur saat mengetahui bahwa tidak
seorangpun lagi yang akan memanggilku dengan sebutan “nak…” dengan nada
lembutnya.Ya Allah ya robb,,,cobaan ini begitu berat,aku rasa aku tidak sanggup
untuk ujian ini,aku dengar berita bahwa aku dikeluarkan dari sekolah sebab
tuduhan itu hingga membuatku masuk ke penjara.Aku sangat yakin bahwa semua
orang sudah membenciku,kenapa tuhan tidak mengambil nyawaku
sekalian,pikirku.Aku menangis dihadapan Zahra,ia pun memelukku,berusaha
menenangkanku dengan pelukannya,dan tiba-tiba dadaku mulai sakit dan nyeri,aku
hampir tidak bernafas lagi,batuk berdarah lagi…kali ini lebih banyak darah yang
keluar.Zahra yang terkejut karena banyaknya darah yang keluar karena batuk ini
segera memanggil petugas untuk membawaku kerumah sakit dan diperiksa,dan
ternyata,tuberculosis,aku sungguh tidak menyadari itu,kurasa Allah benar-benar
sayang padaku,hingga penyakitpun ia berikan padaku.Aku menangis dan menangis
sampai aku tertidur pulas diruang perawatan,hingga hari itu juga,Zahra datang
menemuiku untuk pamit kembali ke Amerika,lengkap rasanya sudah semua
penderitaan ini,tapi tidak sampai disitu,aku tidak akan menyerah,beberapa tahun
kemudian aku keluar dari tempat menyeramkan itu,aku memulai hidup yang baru,aku
bekerja disebuah bengkel di Bandung,entah bagaimana bisa aku kesasar sampai ke
Bandung,atau mungkin rasa malu ini yang membuatku menginjakkan kaki disini.8
tahun berlalu,aku mengenal seorang gadis untuk kupersunting sebagai istriku,aku
pun menikah,dan dikaruniai 1 orang anak.Semua tampak membaik sekarang,tapi aku
masih penasaran,apa yang Zahra lakukan saat ini di sana ?dimana paman dan
bibiku ?dan siapa gerangan orangtuaku ?
0 komentar:
Posting Komentar