“Samudra..Jika Samudra besar nanti mau jadi apa ?”
“Aku ingin jadi Pelaut seperti Ayahku..Kalau Mutiara besar
nanti mau jadi apa ?”
“Kalau Tiara,ingin jadi Dokter.”
“Benarkah ?”
Terdengar obrolan dua anak manusia dibawah jembatan
pelabuhan ditepi pantai yang kebetulan airnya sedang surut saat itu.Samudra dan
Mutiara berjalan dengan saling berpegang tangan.Hari mulai menjelang
malam.Sunset sangat terlihat jelas dari pelabuhan itu.
“Hati-hati dijalan,ya..Sampai jumpa besok”
Ternyata kata ‘Sampai jumpa besok’ tidak pernah tercapai
hingga lima belas tahun kemudian.
“Ibu..Aku ingin ke dermaga,katanya Samudra kembali pagi ini”
“Samudra ?Ibu rindu anak itu.Hati-hati dijalan ya,nak”
“Ibu..dermaga kan hanya sepuluh kaki dari rumah.Aku pergi
dulu yaa..”
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi,Mutiara menunggu kedatangan
sahabatnya yang sudah lima belas tahun tidak bertemu.
“Kalau kapal yang datang sebanyak ini,dan penumpangnya
tumpah-tumpah begini,gimana mau ketemu sama Samudra,wajahnya juga pasti
berubah..”
Mutiara pun berdiri didermaga itu sambil berharap dia akan
bertemu dengan sahabat yang sangat ia sayangi itu.
“Kenapa aku bodoh sekali,seharusnya tadi aku tanya Ibu dikapal mana dan jadi apa,kalau begini kan..Ah sudahlah..Aku pulang saja.Tapi
kalau aku pulang,aku kan kembali ke kota besok,dan gak bakal ketemu Samudra
lagi deh jadinya..”
“Mutiara ?Kau Mutiara ya ?Mutiara hitam-ku ?”
Saat Mutiara berbalik,ia melihat seorang laki-laki berkulit
hitam manis bertubuh tegap dan tinggi sekitar 180cm mengenakan seragam
pelayaran dengan senyum manis dari lesung pipi kirinya yang membuat Mutiara
ingat senyum itu hanya dimiliki oleh Samudra saja.
“Samudra ?”
Mutiara pun mendekat dan memeluk Samudra sambil menangis
bahagia.
“Kau operasi plastik,ya ?Kau,bagaimana bisa begini ?Dulu kan
rambutmu sama pendeknya denganku,dulu gigimu juga simpang siur,kulitmu sama
hitam denganku dan dulu kau suka memakai celana panjang yang sama denganku,”
“Apa maksudmu ?Itu kan dulu,gimana sih..Kita kan lama tidak
bertemu,jadi kau tidak tau transformasi ku,daripada kamu,bukannya berubah,malah
semakin jelek”
“Setidaknya sekarang kau tidak bisa menarik rambutku lagi
karena kau pendek 30cm dariku”
Mutiara pun menarik seragam Samudra dan menarik rambutnya
sambil tertawa bersama.
Samudra pun memeluknya dan membelai rambut panjang nan hitam
Mutiara.
“Sekarang kau sangat cantik.Kau sangat harum dan bersih.Kau
juga semakin menarik..Tentang cita-cita dan mimpi yang dulu,aku ingin
menambahkan satu lagi impianku,yaitu menjadi suami dari seorang dokter”
Mutiara tersenyum mendengar kata-kata itu.Mereka pun pulang
kerumah Mutiara dan makan malam bersama disana.
“Samu sekarang sudah mandiri,dia sudah membangun rumah
didekat pantai ini,dan sudah memiliki pekerjaan yang tetap,aku harap kau bisa
segera menikah dengan putriku Mutiara”
“Ayah..Kenapa ayah bilang begitu.Oh ya..bagaimana kabar
Tante Diana ?Apa Tante sehat saja ?”
Mendengar itu Samudra tersedak dan pergi ke kamar mandi.
“Ibunya meninggal dua bulan yang lalu,dimana hari itu
Samudra pergi bertugas dan tidak sempat menemui ibunya yang terkena sakit
jantung dan sekarat dirumah sakit hingga meninggal.Temui dia dan minta maaf,dia
pasti sangat sedih sekali”
Mutiara pun menemui Samudra yang sedang duduk ditepi
dermaga.
Melihat Samudra hanya mengenakan kaos biasa diantara
dinginnya udara malam itu membuat Mutiara melepas jaketnya dan memakaikannya
pada Samudra.
“Aku tidak butuh ini..”
Mutiara sempat terkejut karena tiba-tiba Samudra membentak
Mutiara.Tidak lama kemudian Samudra berdiri dan mengambil jaket yang tergeletak
dibawah kaki Mutiara dan memakaikannya pada Mutiara.
“Maaf..Aku diluar kendali.Sangat sulit rasanya kehilangan
seorang yang kita cintai dimana saat itu kita juga tidak bisa melakukan apa-apa
untuk terakhir kalinya.Aku harap aku juga tidak kehilanganmu,Mutiaraku..”
Samudra pun memeluknya.
“Bagaimana kalau sekarang kita kerumahku,aku yakin rumah
sudah penuh debu karena sudah sebulan aku tinggalkan,dan karena disini ada
wanita,aku bisa menyuruh wanita untuk membantuku berbenah.Oke cantik ?”
Mutiara pun kembali tersenyum dan mengiyakan ajakan Samudra.
Rumah milik Samudra sudah cukup canggih diantara rumah yang
lainnya karena rumah itu memiliki password sendiri untuk masuk.
Rumah itu masih tampak bersih dan rapi.Terlihat banyak foto
selama masa perjuangan Samudra menjadi seorang Nahkoda kapal.Banyak juga
peninggalan pelaut milik Ayah dan Kakeknya.
“Aku tidak mengerti,rumah ini sudah hampir sebulan aku
tinggalkan,tapi tidak pernah ada debu yang hinggap.Terkadang aku berfikir pasti
ada malaikat yang membantuku bersih-bersih selama aku pergi”
Mutiara hanya tersenyum.Perasaannya mulai tidak enak.Ia
melihat kesebuah kotak berbentuk peti harta karun dan menyentuhnya.Tiba-tiba
saja pintu kamar tertutup dengan sendirinya.
Tiba-tiba saja seseorang memeluknya dari belakang yang tidak
lain adalah Samudra,Mutiara pun menarik telinga Samudra sebagai hukuman karena
sudah mengagetkannya.
“Ah...Ibu
berpesan untuk tidak membuka kotak ini sampai aku menemukan wanita yang tepat
yang akan membuka kotak ini”
“Maksudnya ?”
“Entahlah..Cobalah untuk membukanya,aku akan memasakkan
sesuatu untuk kita berdua.Apa kau mau ikut kedapur ?Aku lihat kau sangat
ketakutan disini”
Dapur rumah yang terlalu modern untuk ukuran rumah tepi
pantai dan untuk orang yang hanya tinggal sendirian.
Mutiara pun duduk dan mulai membuka kotak itu.Kejadian aneh
terjadi lagi,angin berhembus dengan kencang melalui pintu dapur.Ia menemukan
sebuah surat didalam botol yang sangat kecil..
“Aku
harap..Kau bisa menjadi penggantiku merawat dan menjaga putraku Samudra Lintang
Pratama.Dia itu tidak suka beres-beres,kamarnya selalu berantakan,dia juga
tidak bisa memasak.Kalaupun bisa,rasanya pasti aneh..Samu adalah anak yang
manja,ia masih sering memintaku untuk menyuapinya makan.Ia tidak bisa
apa-apa,ia masih terlalu polos dan lugu,ia terlalu menekan dirinya untuk
menjadi seperti ayah dan kakeknya.Jadi aku mohon..Jaga dia,istri masa depan
putra kesayanganku”
Seakan merasakan apa yang ditulis oleh ibu Samudra,Mutiara
meneteskan air matanya.
“Kenapa menangis ?Apa aku mengatakan sesuatu yang kasar
padamu ?Atau kau mau aku antar pulang sekarang ?Atau kamu bosan disini ?”
Mutiara pun berdiri dan memeluk Samudra.
“Hey..Nanti rambutmu bau bawang kalau kau tidak segera
melepaskan pelukanmu”
Selesai masak memasak,mereka pun pergi ke pantai dan
memasang dua tenda untuk mereka bermalam.
“Bersandarlah,aku lihat kau sangat tertekan akhir-akhir
ini,apa seniormu terlalu menekanmu ?Jangan bekerja terlalu keras jika kau tidak
mampu,sampai nangis-nangis segala”
“Siapa yang nangis ?dan kukira yang tertekan itu kau,selama
kau memimpin kapal kan kau pasti tertekan tidak bertemu daratan dan makan
makanan enak sepertiku”
Samudra pun menarik hidung Mutiara sambil tersenyum.
“Setidaknya selama aku dilautan,aku sudah berfikir aku akan
kembali kedaratan dan melamar gadis yang kucintai dan membawanya berlayar
bersamaku mengarungi samudera luas”
“Aku tidak mau ikut berlayar,aku masih ingin mengobati
orang-orang”
“Memangnya siapa yang ingin mengajakmu ?”
Mutiara pun mengangkat kepalanya dan memasang wajah cemberut.
Samudra pun mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin
pernikahan dan sebuah kalung mutiara murni yang sangat cantik.
Pernikahan dilaksanakan beberapa hari kemudian dan hanya dihadiri oleh teman dan orang terdekat saja.
Setengah hari setelah mereka menikah,mereka berpisah.Samudra
kembali ke lautan,Mutiara kembali ke kota hingga beberapa bulan kemudian mereka
bertemu kembali untuk sebuah bulan madu diatas kapal pesiar seperti yang sudah
mereka rencanakan.
“Kemana sih,katanya mau mengajakku keliling kapal,tapi
dianya gak datang juga”
Tiba-tiba saja Samudra memeluk Mutiara dari belakang.Samudra
tampak mengenakan topi berwarna biru,kemeja biasa dan jaket hitam dengan celana
jeans selutut.
“Kakak baik-baik saja,kan ?”
“Memangnya kenapa ?”
Terlalu modis untuk seseorang yang hampir kesehariannya
hanya menatap air laut.Pikir Mutiara.
Diluar perkiraan,semua lampu kapal mati,dan terdengar
ledakan dari bagian bawah kapal.Samudra pun menggenggam tangan Mutiara dan
membawanya keluar kabin.Sedikit demi sedikit kapal mulai miring dan
terbalik.Samudra yang terus menggenggam tangan Mutiara berhasil membawanya ke sekoci.Tiba-tiba
saja Mutiara melihat seorang ibu yang meletakkan bayinya diatas sebuah
koper.Mutiara pun melompat kedalam air dan menyelamatkan bayi itu,sementara ibu
sang bayi sudah tidak bernyawa karena sudah banyak minum air laut.Samudra yang
melihat itu segera melompat ke air dan membawa Mutiara ke atas sekoci.
“Bawa bayi ini dulu,aku bisa berenang sendiri kok..”
Saat Samudra meletakkan bayi diatas kapal dan
berbalik,Mutiara sudah tidak terlihat lagi.
“Mutiaraku..”
“Kakak..Apa kau merindukan aku ?Aku sangat
merindukanmu.Aku harap pekerjaan tidak akan jadi penghalang lagi untuk kita
bertemu lagi dilain waktu.Semangat,ya ?!”
Samudra berulang kali membaca surat pertamanya dari Mutiara
di hari pertama pernikahan mereka.
Pekerjaan mereka tidak lagi jadi penghalang untuk mereka
bertemu,tetapi kematianlah yang memisahkan mereka sekarang.
Setelah kejadian itu,Samudra menghabiskan sisa hidupnya
menjadi Nahkoda kapal perang dan tidak pernah kembali lagi kedaratan hingga ia
menghembuskan nafas terakhirnya.
The End..
0 komentar:
Posting Komentar