Sabtu, 23 April 2016

Mutiaraku



“Samudra..Jika Samudra besar nanti mau jadi apa ?”

“Aku ingin jadi Pelaut seperti Ayahku..Kalau Mutiara besar nanti mau jadi apa ?”

“Kalau Tiara,ingin jadi Dokter.”

“Benarkah ?”

Terdengar obrolan dua anak manusia dibawah jembatan pelabuhan ditepi pantai yang kebetulan airnya sedang surut saat itu.Samudra dan Mutiara berjalan dengan saling berpegang tangan.Hari mulai menjelang malam.Sunset sangat terlihat jelas dari pelabuhan itu.

“Hati-hati dijalan,ya..Sampai jumpa besok”

Ternyata kata ‘Sampai jumpa besok’ tidak pernah tercapai hingga lima belas tahun kemudian.

“Ibu..Aku ingin ke dermaga,katanya Samudra kembali pagi ini”

“Samudra ?Ibu rindu anak itu.Hati-hati dijalan ya,nak”

“Ibu..dermaga kan hanya sepuluh kaki dari rumah.Aku pergi dulu yaa..”

Waktu menunjukkan pukul 5 pagi,Mutiara menunggu kedatangan sahabatnya yang sudah lima belas tahun tidak bertemu.

“Kalau kapal yang datang sebanyak ini,dan penumpangnya tumpah-tumpah begini,gimana mau ketemu sama Samudra,wajahnya juga pasti berubah..”

Mutiara pun berdiri didermaga itu sambil berharap dia akan bertemu dengan sahabat yang sangat ia sayangi itu.

“Kenapa aku bodoh sekali,seharusnya tadi aku tanya Ibu dikapal mana dan jadi apa,kalau begini kan..Ah sudahlah..Aku pulang saja.Tapi kalau aku pulang,aku kan kembali ke kota besok,dan gak bakal ketemu Samudra lagi deh jadinya..”

“Mutiara ?Kau Mutiara ya ?Mutiara hitam-ku ?”

Saat Mutiara berbalik,ia melihat seorang laki-laki berkulit hitam manis bertubuh tegap dan tinggi sekitar 180cm mengenakan seragam pelayaran dengan senyum manis dari lesung pipi kirinya yang membuat Mutiara ingat senyum itu hanya dimiliki oleh Samudra saja.

“Samudra ?”

Mutiara pun mendekat dan memeluk Samudra sambil menangis bahagia.

“Kau operasi plastik,ya ?Kau,bagaimana bisa begini ?Dulu kan rambutmu sama pendeknya denganku,dulu gigimu juga simpang siur,kulitmu sama hitam denganku dan dulu kau suka memakai celana panjang yang sama denganku,”

“Apa maksudmu ?Itu kan dulu,gimana sih..Kita kan lama tidak bertemu,jadi kau tidak tau transformasi ku,daripada kamu,bukannya berubah,malah semakin jelek”

“Setidaknya sekarang kau tidak bisa menarik rambutku lagi karena kau pendek 30cm dariku”

Mutiara pun menarik seragam Samudra dan menarik rambutnya sambil tertawa bersama.

Samudra pun memeluknya dan membelai rambut panjang nan hitam Mutiara.

“Sekarang kau sangat cantik.Kau sangat harum dan bersih.Kau juga semakin menarik..Tentang cita-cita dan mimpi yang dulu,aku ingin menambahkan satu lagi impianku,yaitu menjadi suami dari seorang dokter”

Mutiara tersenyum mendengar kata-kata itu.Mereka pun pulang kerumah Mutiara dan makan malam bersama disana.

“Samu sekarang sudah mandiri,dia sudah membangun rumah didekat pantai ini,dan sudah memiliki pekerjaan yang tetap,aku harap kau bisa segera menikah dengan putriku Mutiara”

“Ayah..Kenapa ayah bilang begitu.Oh ya..bagaimana kabar Tante Diana ?Apa Tante sehat saja ?”

Mendengar itu Samudra tersedak dan pergi ke kamar mandi.

“Ibunya meninggal dua bulan yang lalu,dimana hari itu Samudra pergi bertugas dan tidak sempat menemui ibunya yang terkena sakit jantung dan sekarat dirumah sakit hingga meninggal.Temui dia dan minta maaf,dia pasti sangat sedih sekali”

Mutiara pun menemui Samudra yang sedang duduk ditepi dermaga.

Melihat Samudra hanya mengenakan kaos biasa diantara dinginnya udara malam itu membuat Mutiara melepas jaketnya dan memakaikannya pada Samudra.

“Aku tidak butuh ini..”

Mutiara sempat terkejut karena tiba-tiba Samudra membentak Mutiara.Tidak lama kemudian Samudra berdiri dan mengambil jaket yang tergeletak dibawah kaki Mutiara dan memakaikannya pada Mutiara.

“Maaf..Aku diluar kendali.Sangat sulit rasanya kehilangan seorang yang kita cintai dimana saat itu kita juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk terakhir kalinya.Aku harap aku juga tidak kehilanganmu,Mutiaraku..”

Samudra pun memeluknya.

“Bagaimana kalau sekarang kita kerumahku,aku yakin rumah sudah penuh debu karena sudah sebulan aku tinggalkan,dan karena disini ada wanita,aku bisa menyuruh wanita untuk membantuku berbenah.Oke cantik ?”

Mutiara pun kembali tersenyum dan mengiyakan ajakan Samudra.

Rumah milik Samudra sudah cukup canggih diantara rumah yang lainnya karena rumah itu memiliki password sendiri untuk masuk.

Rumah itu masih tampak bersih dan rapi.Terlihat banyak foto selama masa perjuangan Samudra menjadi seorang Nahkoda kapal.Banyak juga peninggalan pelaut milik Ayah dan Kakeknya.

“Aku tidak mengerti,rumah ini sudah hampir sebulan aku tinggalkan,tapi tidak pernah ada debu yang hinggap.Terkadang aku berfikir pasti ada malaikat yang membantuku bersih-bersih selama aku pergi”

Mutiara hanya tersenyum.Perasaannya mulai tidak enak.Ia melihat kesebuah kotak berbentuk peti harta karun dan menyentuhnya.Tiba-tiba saja pintu kamar tertutup dengan sendirinya.

Tiba-tiba saja seseorang memeluknya dari belakang yang tidak lain adalah Samudra,Mutiara pun menarik telinga Samudra sebagai hukuman karena sudah mengagetkannya.

“Ah...Ibu berpesan untuk tidak membuka kotak ini sampai aku menemukan wanita yang tepat yang akan membuka kotak ini”

“Maksudnya ?”

“Entahlah..Cobalah untuk membukanya,aku akan memasakkan sesuatu untuk kita berdua.Apa kau mau ikut kedapur ?Aku lihat kau sangat ketakutan disini”

Dapur rumah yang terlalu modern untuk ukuran rumah tepi pantai dan untuk orang yang hanya tinggal sendirian.

Mutiara pun duduk dan mulai membuka kotak itu.Kejadian aneh terjadi lagi,angin berhembus dengan kencang melalui pintu dapur.Ia menemukan sebuah surat didalam botol yang sangat kecil..


Aku harap..Kau bisa menjadi penggantiku merawat dan menjaga putraku Samudra Lintang Pratama.Dia itu tidak suka beres-beres,kamarnya selalu berantakan,dia juga tidak bisa memasak.Kalaupun bisa,rasanya pasti aneh..Samu adalah anak yang manja,ia masih sering memintaku untuk menyuapinya makan.Ia tidak bisa apa-apa,ia masih terlalu polos dan lugu,ia terlalu menekan dirinya untuk menjadi seperti ayah dan kakeknya.Jadi aku mohon..Jaga dia,istri masa depan putra kesayanganku


Seakan merasakan apa yang ditulis oleh ibu Samudra,Mutiara meneteskan air matanya.

“Kenapa menangis ?Apa aku mengatakan sesuatu yang kasar padamu ?Atau kau mau aku antar pulang sekarang ?Atau kamu bosan disini ?”

Mutiara pun berdiri dan memeluk Samudra.

“Hey..Nanti rambutmu bau bawang kalau kau tidak segera melepaskan pelukanmu”

Selesai masak memasak,mereka pun pergi ke pantai dan memasang dua tenda untuk mereka bermalam.

“Bersandarlah,aku lihat kau sangat tertekan akhir-akhir ini,apa seniormu terlalu menekanmu ?Jangan bekerja terlalu keras jika kau tidak mampu,sampai nangis-nangis segala”

“Siapa yang nangis ?dan kukira yang tertekan itu kau,selama kau memimpin kapal kan kau pasti tertekan tidak bertemu daratan dan makan makanan enak sepertiku”

Samudra pun menarik hidung Mutiara sambil tersenyum.

“Setidaknya selama aku dilautan,aku sudah berfikir aku akan kembali kedaratan dan melamar gadis yang kucintai dan membawanya berlayar bersamaku mengarungi samudera luas”

“Aku tidak mau ikut berlayar,aku masih ingin mengobati orang-orang”

“Memangnya siapa yang ingin mengajakmu ?”

Mutiara pun mengangkat kepalanya dan memasang wajah cemberut.

Samudra pun mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin pernikahan dan sebuah kalung mutiara murni yang sangat cantik.

Pernikahan dilaksanakan beberapa hari kemudian dan hanya dihadiri oleh teman dan orang terdekat saja.

Setengah hari setelah mereka menikah,mereka berpisah.Samudra kembali ke lautan,Mutiara kembali ke kota hingga beberapa bulan kemudian mereka bertemu kembali untuk sebuah bulan madu diatas kapal pesiar seperti yang sudah mereka rencanakan.

“Kemana sih,katanya mau mengajakku keliling kapal,tapi dianya gak datang juga”

Tiba-tiba saja Samudra memeluk Mutiara dari belakang.Samudra tampak mengenakan topi berwarna biru,kemeja biasa dan jaket hitam dengan celana jeans selutut.

“Kakak baik-baik saja,kan ?”

“Memangnya kenapa ?”

Terlalu modis untuk seseorang yang hampir kesehariannya hanya menatap air laut.Pikir Mutiara.

Diluar perkiraan,semua lampu kapal mati,dan terdengar ledakan dari bagian bawah kapal.Samudra pun menggenggam tangan Mutiara dan membawanya keluar kabin.Sedikit demi sedikit kapal mulai miring dan terbalik.Samudra yang terus menggenggam tangan Mutiara berhasil membawanya ke sekoci.Tiba-tiba saja Mutiara melihat seorang ibu yang meletakkan bayinya diatas sebuah koper.Mutiara pun melompat kedalam air dan menyelamatkan bayi itu,sementara ibu sang bayi sudah tidak bernyawa karena sudah banyak minum air laut.Samudra yang melihat itu segera melompat ke air dan membawa Mutiara ke atas sekoci.

“Bawa bayi ini dulu,aku bisa berenang sendiri kok..”

Saat Samudra meletakkan bayi diatas kapal dan berbalik,Mutiara sudah tidak terlihat lagi.

“Mutiaraku..”


Kakak..Apa kau merindukan aku ?Aku sangat merindukanmu.Aku harap pekerjaan tidak akan jadi penghalang lagi untuk kita bertemu lagi dilain waktu.Semangat,ya ?!


Samudra berulang kali membaca surat pertamanya dari Mutiara di hari pertama pernikahan mereka.

Pekerjaan mereka tidak lagi jadi penghalang untuk mereka bertemu,tetapi kematianlah yang memisahkan mereka sekarang.

Setelah kejadian itu,Samudra menghabiskan sisa hidupnya menjadi Nahkoda kapal perang dan tidak pernah kembali lagi kedaratan hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya.

The End..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerpen Remaja Published @ 2014 by Ipietoon